Baterai
Ramah Lingkungan
Dari
Kulit Pisang
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep biologi
Dosen
Pengampu : Lela Susilawati

Disusun oleh : Erica Nuralam (14680005)
Iin Musannadah (14680022)
Lukluk Ma’rifatussakhiya (14680037)
Siska Elvariana (14680038)
Ulfatun Ni’mah (14680029)
Pendidikan
Biologi
Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam
semesta menyediakan berbagai kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut dibutuhkan
manusia untuk melangsungkan dan memenuhi segala tuntutan hidup. Manusia pun
mulai berfikir untuk memanfaatkan kekayaan alam guna memenuhi kebutuhan mereka.
Jika manusia menggunakan otaknya untuk
berfikir, maka semakain cerdaslah pikiran manusia untuk mengolah dan
memanfaatkan alam semesta ini. Namun kecerdasan itu membuat manusia lupa akan
kebutuhan yang diberikan alam itu
terbatas, sedangkan manusia menggunakannya tanpa batas.
Kebanyakan
manusia jarang yang berfikir untuk mendaur-ulang ( recycle) kebutuhan-kebutuhan
yang sudah mereka konsumsi. Melainkan mereka hanya membuang limbahnya begitu
saja tanpa berfikir untuk memanfaatkannya. Ibarat sebuah pepatah habis manis
sepah dibuang. Ibarat tersebut tak jauh berbeda ketika kita mengkonsumsi buah pisang
kemudian membuang limbah kulit pisangnya di sembarang tempat. Jarang sekali
orang yang berfikir untuk memanfaatkan kembali limbah kulit pisang tersebut,
padahal tanpa kita tahu sebenarnya kulit pisang berpotensi menjadi baterai
kering ramah lingkungan.
Kata
baterai mungkin sudah tidak asing didengar. Namun, baterai dari kulit pisang
mungkin baru sekali didengar. Baterai adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyimpan tenaga listrik. Baterai sebagai sumber energi alat-alat elektronik
seperti jam dinding, laptop, radio, senter dan alat – alat elektronik lainnya.
Begitu banyaknya peranan baterai bagi kehidupan manusia. Namun tak dipungkiri
juga, bahwa baterai yang kita gunakan sehari-hari sangat berbahaya baik untuk
kita maupun alam sekitar.
Untuk
meminimalisir bahaya baterai yang menggunakan bahan kimia, maka dengan
memanfaatkan limbah dari kulit pisang kita bisa membuat baterai yang ramah
lingkungan.
B.
Rumusan Masalah
Dari
permasalahan tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah kulit
pisang memiliki potensi menjadi baterai ramah lingkungan ?
2. Apa kelebihan baterai yang isinya
kulit pisang dibanding dengan baterai biasa?
- Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah kulit pisang memiliki potensi menjadi
baterai ramah
lingkungan.
2. Mengetahui kelebihan baterai yang
isinya kulit pisang dibanding dengan baterai biasa.
D.
Teori Dasar Sel
Listrik
Baterai
merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas elektroda yang
berbeda dipisah satu sama lain dalam cairan penghantar yang disebut elektrolit.
Masing-masing elektroda memiliki sistem sendiri dan menghasilkan potensial yang
beda. Perbedaan potensial di antara keduanya disebut elektromotive force.
Energi kimia yang
dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik yang disuplai baterai
ketika digunakan. Zat-zat pereaksi dalam sel sekunder secara lengkap dan efisen
dapat dikembalikan ke keadaan asalnya dengan memberikan arus listrik dengan
arah yang berlawanan, tetapi dalam sel primer hal ini tidak mungkin atau hanya
sebagian saja. Hanya jenis tertentu saja dari baterai primer yang dapat
diperbaharui, yaitu dengan cara mengganti elektroda dan slektrolotnya.
Ketika dua
terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dan kabel, arus yang mengalir
proporsional dengan besarnya emf dan berbanding terbalik dengan besarnya
hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus mengalir melewati elektrolit oleh
partikel muatan yang disebut ion dan melewati bagian logam dari sirkuit oleh
elektron. Reaksi kimia terjadi pada permukaan elektroda di mana terjadi
perubahan dari konduksi elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya.
Material
katodik biasanya terbuat dari senyawa kimia seperti, PbO2, MnO2,NiO2, CuCl,
atau AgCl. Mereka adalah agens depolarisasi.
Dicirikan dengan mudahnya menerima elektron, akibatnya tingkat oksidasinya
turun. Dilain pihak material anodik, biasanya logam seperti Pb, Fe, Cd, Mg atau
Zn. Sifatnya mudah melepas elektron membentuk ion positif dalam elektrolit.
Reaksi ini disebut oksidasi.
Reaksi reduksi dan oksidasi disertai dengan
perubahan kimia. Mungkin juga terdapat perubahan di dalam elektrolit. Perubahan
tersebut mengikuti hukum Faraday tentang elektrosis. Ketika baterai mensuplai
arus listrik dikatakan baterai tersebut sedang di-dicharge. Perubahan dari
energi kimia ke energi listrik berlangsung menurut hukum termodinamika.
Elektrolit yang
menyediakan konduksi ionik antar elektroda harus disesuaikan dengan bahan
katoda dan anoda. Dalam elektrolit perlu adanya jumlah asam yang berlebihan
dibandingkan jumlah yang diperlukan secara teoritis, kalau tidak ada dia akan
terlalu larut dan terlalu risisten terhadap aliran arus listrik. Perubahan yang
tidak diinginkan juga bisa terjadi. Laju reaksi akan sebanding dengan pertukaran
elektron antar elektroda, hal ini tergantung pada difusi, suhu, permukaan
efektif, dan kondisi dari sirkuit listrik.
E. Klasifikasi Pisang

Tanaman
pisang (Musa paradisiaca)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi :
Spermatophyta(menghasilkan biji)
Sub Divisi : Angiospermae (tumbuhan berbiji terbuka)
Kelas : Monocotyledonae
(berkeping satu/monokotil)
Ordo : Zingiberales
Family : Musaceae (suku
pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
BAB II
METODOLOGI
A.
Bahan dan Alat
A.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Kulit buah pisang ( Musa paradisiaca )
Dalam penelitian
ini, kulit pisang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan baterai ramah
lingkungan.
b.
Batu baterai bekas
A.2. Alat
Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini dibagi menjadi
beberapa bagian :
A.2.1. Peralatan batu baterai dari kulit pisang :
1. Pisau
2. Alas dari kayu
3. Sebuah lidi
4. Cobek
A.2.2. Peralatan untuk
Uji performa (jam dinding, remote control dll)
B.
Metode Pembuatan Batu Baterai
Metode
pembuatan batu baterai yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode
sederhana. Tujuannya agar cara ini dapat ditiru oleh masyarakat.
Langkah-langkah
pembuatan batu baterai adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan baterai bekas yang sudah tidak terpakai. Baterai ini
dapat dapat kita peroleh dari limbah baterai yang banyak banyak dibuang disekitar
lingkungan masyarakat.
2. Menyiapkan kulit pisang
yang sudah disediakan sebelumnya.
3. Perttama kulit pisang
tersebut dipotong menjadi kecil-kecil. Memotong
kulit pisang ini dapat menggunakan beberapa cara.

4.
Kulit pisang yang sudah dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan.


5.
Tutup baterai yang ada diatas dibuka dengan gunting secara hati-hati agar
tempatnya tidak rusak.
6.
Membersihkan serbuk karbon yang ada di dalam baterai dengan hati-hati agar
batang karbon tersebut tidak rusak/patah.
7.
Kulit pisang yang telah dihaluskan tadi diisikan ke dalam baterai dengan
manggunakan lidi dan sisahkan sedikit karbon sebagai kutub positif.

8. menutup baterai dengan tutup baterai yang telah kita buka
tadi.


C.
Pengujian
Pengujian
dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronik yang memerlukan baterai
primer. Contohnya dengan menggunakan jam dinding.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Performa Kulit Pisang Sebagai Baterai
Dari
hasil percobaan untuk mengetahui apakah kulit pisang berpotensi sebagai baterai
ternyata benar, bahwa memang kulit pisang berpotensi menjadi baterai kering
ramah lingkungan. Percobaan yang kami lakukan dapat membuktikan kalau baterai
kulit pisang yang kami buat dapat menghasilkan listrik selama kurang lebih 5
hari.
Baterai
kulit pisang hasil percobaan kami dalam menghantarkan listrik tidak sesempurna
seperti baterai pada umumnya. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang kurang
mendukung penelitian yang kami lakukan. Faktor tersebut antara lain kurangnya
sarana dan prasarana yang kurang mendukung, kurangnya bimbingan dari orang yang
berpengalaman dalam bidang ini, dan terbatasnya informasi yang kami peroleh.
Adapun
data hasil percobaan yang telah diukur tegangannya beserta kandungan zat kulit
pisang oleh seorang peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
tegangan yang dihasilkan oleh baterai kering dengan elektrolit kulit pisang
adalah 1,24 volt (baterai kering biasa 1.5 volt). Kemudian ketahanan dalam jam
dinding rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam). Kontruksi baterai kering kulit
pisang sama dengan baterai biasa. Perbedaannya adalah pada elektrolitnya. Kulit
pisang mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Mineral dalam jumlah terbanyak adalah potassium atau kalium (K+) 34% dan 42%
dari berat abu. Kulit pisang juga mengandung garam sodium yang mengandung
klorida (Cl-) dalam jumlah sedikit. Reaksi antara potassium atau kalium dan
garam sodium dapat membentuk kalium klorida atau KCl.
KCl
merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan menghantarkan arus
listrik. Pisang juga mengandung Magnesium dan Seng. Magnesium (Mg) dapat
bereaksi dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat. Jumlah Magnesium
hanyalah 15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung Seng (Zn)
yang merupakan elektroda positif. jumlah kandungan Seng dalam pisang hanya
mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling berperan dalam menghantarkan listrik
adalah potassium atau kalium, yang bereaksi dengan garam sodium. Dimungkinkan
garam magnesium dan seng juga turut berperan dalam menghantarkan dan menyimpan
arus listrik searah. Hasil penelitian juga menunjukkan, baterai primer mampu
bertahan lebih dari 7 hari sedangkan baterai kulit pisang hanya kurang dari 6
hari. Hal ini disebabkan baterai kontrol memiliki senyawa yang berfungsi
sebagai depolarisasi. Senyawa yang digunakan adalah mangandioksida. Walaupun
pisang juga mengandung mangan, namun jumlahnya hanya 0,6 mg per 100 g.
Disamping itu setiap reaksi dalam baterai mengalami suatu proses polarisasi
akibat adanya gas hidrogen yang terlepas. Pisang dan terutama kulit pisang
mengandung lebih dari 60 % kadar air (H20), yang dapat terlepas apabila terjadi
suatu reaksi kimia. Sehingga kemungkinan terjadinya polarisasi sangat besar.
Hal tersebut yang mengakibatkan perbedaan ketahanan antara baterai kulit pisang
dan baterai primer cukup besar.
Data
pelengkap lain, berupa data berat bersih baterai menunjukkan bahwa rata-rata
kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai. Sementara kulit
pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu buah kulit pisang
mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini merupakan keunggulan lain dari
baterai kering dari kulit pisang. Kesimpulan dari penelitian diatas adalah
Baterai kering yang menggunakan bahan baku kulit pisang memiliki rata-rata
voltase 1,2 V dan ketahanan rata-rata 5 hari 7 jam dan diantara ketiga jenis
pisang tidak memberikan perbedaan performa (voltase dan ketahanan) yang
signifikan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil study
pustaka dan penelitian yang sederhana tentang potensi kulit pisang dijadikan
sebagai baterai ramah lingkungan, maka kesimpulan kami sebagai berikut :
1.
Baterai yang menggunakan kulit
pisang , rata-rata kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai.
Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu buah
kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini merupakan
keunggulan lain baterai kering dari kulit pisang.
2.
Dapat mengurangi limbah baterai
sekaligus limbah kulit pisang. Limbah baterai yang biasanya hanya dibuang atau
tidak dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja tidak hemat dari segi energi maupun
biaya.
3.
Baterai bekas yang dibuang ke
tanah akan menghasilkan limbah yang sulit terurai secara alami. Ditambah lagi
dari dampak yang ditimbulkan oleh pasta baterai yang telah mencemari tanah, hal
ini tentu akan mengurangi kesuburan tanah. Tetapi lain halnya dengan limbah
kulit pisang yang dapat terurai oleh alam serta ramah lingkungan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://chaacin.wordpress.com/kandungan-manfaat-pisang/
(diakses pada tanggal 8 November 2014; 15.00)
http://cohesive98.wordpress.com/2011/11/23/arus-searah/
(diakses pada tanggal 8 November 2014; 15.00)
http://smpn1baturaden.wordpress.com/2009/05/15/kir-pemanfaatan-kulit-pisang-sebagai-bahan-baku-baterai-kering/
(diakses pada tanggal 8 November 2014; 15.00)
http://www.ristek.go.id/
(diakses pada tanggal 8 November 2014; 15.00)
Ramdhania Ammy, Anna
Farida. 2012. LP Anak-Mahar Si Pembuat Onar. Yogyakarta : Bentang
Pustaka
Saripudin Ahmad. 2008.
Fisika Kelompok Teknologi. Bandung: Grafindo Media Pratama
Supriyadi Ahmad, Suyanti.
2008. Pisang Budidaya Dan Prospek
Pasar. Jakarta : Penebar swadaya
Sustanto Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta:
Kanisius
Sutrisna Nana. 2007.
Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media Pratama
Wariyono. Sukis, Yani
Muharomah. 2008. Mari Belajar Ilmu AlamSekitar Paduan Belajar Ipa Terpadu.
Jakarta: Gramedia
Wolke Robert L. What
Enstein Didn’t Know Scientific Answer to Everyday Question. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama